Kamis, 15 Maret 2012

hiporesis


MAKALAH
HIPOTESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Metode Penelitian”
                                                                                                              








DOSEN PEMBIMBING :

WORO TRI UTAMI S.SiT.M.Kes


DISUSUN OLEH :

Lailatul Khoiriyah

( 09.02.025)
III A MIOMETRIUM


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO 2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT.yang atas karunia-Nya teleh memungkinkan kami untuk menyelesaikan makalah tenteng  HIPOTESIS .Untuk itu dapat di manfaatkan khususnya bagi kami selaku penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya.

Hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan usaha kami yang semaksimal mungkin.

Terima kasih pada ibu WORO TRI UTAMI,S.SiT.M.Kes selaku dosen pembimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Kami sadar bahwa masih bnyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Untuk itu kritik dn saran yang membangun dari pada pembaca saya butuhkan untuk kesempurnaan penyusun makalah ini.

Atas perhatian dan saran,kami ucapkan terima kasih.
                                                        
 Bojonegoro, 07 Maret 2012
                                                                                                  Penyusun

           
                                                                                                  (Lailatul khoiriyah)
DAFTAR  ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………....…………….……….......i   
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..............ii
DAFTAR ISI……………………………..…………………………..……….…….......iii
BAB I        PENDAHULUAN……………………………………….………................1
1.1  Latar Belakang Masalah………………………………………...............1
1.2  Rumusan masalah…………………………………………….………....1
1.3  Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………...1
BAB II      PEMBAHASAN………………………………………………..….………..2
 2.1 Pengertian Hipotesis………………………………………………………………..2
2.2 Jenis-jenis hipotesis………………………………………………………………….2
2.3 Ciri-ciri hipotesis........................................................................................................7
BAB III    PENUTUP…………………………………………………………………...11
                  3.1 Kesimpulan…………………………………………………...…............11
                  3.2 Saran………………………………………………...…………………..11
DAFTAR PUSTAKA………………………….....……………………...……………...12
                                                                                                                                   
                       




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hipotesis seperti yang kita ketahui pada mata kuliah kemarin (metode penelitian), yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu. Pengetahuan ini sebagian dapat diambil dari hasil-hasil serta problematika-problematika yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Jadi dalam taraf ini mahasiswa cukup membuat konklusi dari persoalan-persoalan yang diajukan dalam bab sebelumnya dan merumuskannya dalam bentuk statmen (pernyataan). 
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
  2. Apa saya ciri-ciri hipotesis?
  3. Apa saja jenis-jenis hipotesis?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hipotesis
Pada hakikatnya hipotesis adalah hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang di duga atau hubungan yang di harapka antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara emperis. Biasanya hipotesis terdiri dari pertanyaan terhadap adanya hubungn dua variabel bebas (independent variabel) dan variabel terkait (dependent variabel). Variabel bebas ini merupakan variabel penyebabnya atau variabel pengaruh, sedangkan variabel terkait merupakan variabel terpengaruh (Notoadmodjo. 2010 : 107)
Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua penggalan. Kata “HYPO” yang artinya “DI BAWAH” dan “THESA”  yang artinya “KEBENARAN” jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati.
Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
2.2  Jenis-jenis hipotesis
(Nazir. 2003 : 151 )Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1.      Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja
a)          Jika... Maka...
b)         Ada perbedaan antara... Dan... Dalam...
c)          Ada pengaruh... Terhadap...
2.      Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
Rumusannya:
a)          Tidak ada perbedaan antara... Dengan... Dalam...
Tidak ada pengaruh... terhadap...
(Notoadmodjo. 2010 : 108 – 111) Berdasarkan rumusannya, hipotesis dapat di golongkan menjadi tiga, yakni :
1. Hipotesis kerja
Hipotesis kerja adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul.hipotesis ini sering juga di sebut hipotesis alternative, karena mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Biasanya menggunakan rumusan pertanyaan: ”jika...., maka...., ” . Artinya, jika suatu faktor atau variabel terhadap atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat di timbulkannya.
Contoh sederhana :
a          Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk,maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.
b          Jika persalinan di lakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah tersebut tinggi.
c          Jika pendapatan per kapita suatu Negara rendah, maka status kesehatan masyarakat di negeri tersebut rendah pula.
d          dan setrusnya
Di samping rumusan hipotesis seperti tersebut, beberapa peneliti merumuskan hipotesis kerja ini sebagai berikut :
a          Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
b          Ada hubungan antara persalinan yang di lakukan oleh dukun terlatih dengan kematian bayi.
c          Ada hubungan antara pendapatan per kapita dengan status kesehatan masyarakat.
d          dan seterusnya
Meskipun pada umumnya, rumusan hipotesis seperti tersebut sebelumnya sering di gunakan, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedududkan masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang akan di uji. Oleh sebsb itu, penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat di benarkan secara ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
            Hipotesis nol yang mula-mula di perkenalkan oleh bapak statistika fisher, di rumuska untuk di tolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nol ini selalu ada implikasi ”tidak ada perbedaan”, yang rumusanya adalah: ”tidak ada perbedaan antara…………dengan …………”  
Dengan perkataan lain hipotesis nol di buat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya sesuatu perbedaan yang bermakna antara dua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang di permasalahkan.
Contoh sederhana hipotesis nol :
a          Tidak adaperbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara penduduk kota dengan penduduk desa.
b          Tidak adaperbedaan antara satatus gizi anak balita yang tidak mendapat ASI pada waktu bayi, dangan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu bayi.
c          Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang menggunakan air minum sumur.
d          dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapat ASI sama dengan status gizi balita yang tidak mendapat ASI. Bila hal tersebut di rumuskan dengan ”selisih” maka kan menunjukkan hasil dengan nol, maka di sebut hipotesis nol. Bila di rumuskan dengan ”persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu, apabila  di uji dangan metode statistika akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat di simpulkan sebagai hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis  alternatifnya yang di terima. Itulah sebabnya maka setiap rumusan hipotesis nol dipertentang dengan rumusan hipotesis alternatif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya, Ho : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat di bedakan menjadi dua, yakitu :
Pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis uatama, yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis- hipotesis yang lain.
Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis atau “subhipotesis”, yaitu hipotesis yang di jabarkan dari hipotesis mayor.
Didalam pengujian statistik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
            Hipotesis mayor : ”sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit menular”.
Dari contoh ini dapat di uraikan adanya dua variabel, yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (panyakit menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam bardarah, malari, TBC, campak dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak sekali,yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a          Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan.
b          Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi linkungan.
c          Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d          Dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis- hipotesis tersebut terbukti bermkna korelasi antara dua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tesebut, maka berarti hipotesis mayornya juga di terima .jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan dua variabel atau lebih. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat di perjelas menjadi : makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin sering (teratur) memriksakan kehamilanya. Sedangkan hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya,praktik pembersihan ASI ibu-ibu di kelurahan X berbeda dengan praktik pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan Y. Hipotesis ini lebih tinggi bila di bandingkan dengan praktik pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan Y.
2.3  Ciri-ciri Hipotesis
(Furchon, 1982 ) Ciri-ciri hipotesis yang baik:
1)           Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2)           Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel.
3)           Hipotesis harus dapat diuji
4)           Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5)           Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.

(Notoadmodjo. 2010 : 108) Ciri-ciri suatu hipotesis antara lain :
1)      Hipotesis hanya di nyatakan dalam bentuk pernyataan (statement), bukan dalam bentuk kalimat tanya.
2)      Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan di teliti.
3)      Hipotesis harus dapat di uji, hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang dapat di ukur dan dapat di banding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif.
4)      Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis tidak akan menimbulkan perbedaan-perbedaan,pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi criteria tersebut perlu di pertimbangkan berbagai hal yang terpenting adalah di buat. Apabila suatu tehnik tertentu dalam rumusan hipotesis tersebut sudah di tetapakan, maka bentuk rumusan hipotesis yang di buat dapat di gunakan dalam penelitian.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.
Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
3.2 Saran
Dengan penulisa makalah ini,penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi saya pribadi.Oleh karena itu,harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.







DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Drs. Arief Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya: 1982, hal. 126
Moh.Nazir,ph. D. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta: 2003, hal 151
Drs. Arief Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya: 1982, hal. 126
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, Rineka Cipta, Jakarta: 1997, hal. 72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar