MAKALAH
HIPOTESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Metode
Penelitian”
DOSEN PEMBIMBING :
WORO TRI UTAMI S.SiT.M.Kes
DISUSUN OLEH :
Lailatul Khoiriyah
( 09.02.025)
III A MIOMETRIUM
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO 2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT.yang atas karunia-Nya teleh memungkinkan kami
untuk menyelesaikan makalah tenteng HIPOTESIS .Untuk itu dapat di
manfaatkan khususnya bagi kami selaku penyusun dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya makalah ini
dapat kami selesaikan dengan usaha kami yang semaksimal mungkin.
Terima kasih pada ibu WORO TRI UTAMI,S.SiT.M.Kes selaku dosen pembimbing kami dalam menyusun
makalah ini.
Kami sadar bahwa masih bnyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.Untuk itu kritik dn saran yang membangun dari pada
pembaca saya butuhkan untuk kesempurnaan penyusun makalah ini.
Atas perhatian dan saran,kami ucapkan terima kasih.
Bojonegoro, 07 Maret 2012
Penyusun
(Lailatul khoiriyah)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………....…………….……….......i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………..............ii
DAFTAR ISI……………………………..…………………………..……….…….......iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………................1
1.1 Latar Belakang
Masalah………………………………………...............1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………….………....1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..….………..2
2.1 Pengertian
Hipotesis………………………………………………………………..2
2.2 Jenis-jenis hipotesis………………………………………………………………….2
2.3 Ciri-ciri hipotesis........................................................................................................7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...11
3.1
Kesimpulan…………………………………………………...…............11
3.2
Saran………………………………………………...…………………..11
DAFTAR PUSTAKA………………………….....……………………...……………...12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipotesis
seperti yang kita ketahui pada mata kuliah kemarin (metode penelitian), yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin
juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika
faktor-faktor membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu
sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang
dikumpulkan.
Hipotesis
dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai
konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas
dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu. Pengetahuan ini sebagian dapat diambil
dari hasil-hasil serta problematika-problematika yang timbul dari
penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar
pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan yang
dilakukan sendiri. Jadi dalam taraf ini mahasiswa cukup membuat konklusi dari
persoalan-persoalan yang diajukan dalam bab sebelumnya dan merumuskannya dalam
bentuk statmen (pernyataan).
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
- Apa saya ciri-ciri hipotesis?
- Apa saja jenis-jenis hipotesis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hipotesis
Pada hakikatnya
hipotesis adalah hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang di
duga atau hubungan yang di harapka antara dua variabel atau lebih yang dapat
diuji secara emperis. Biasanya hipotesis terdiri dari pertanyaan terhadap
adanya hubungn dua variabel bebas (independent
variabel) dan variabel terkait (dependent
variabel). Variabel bebas ini
merupakan variabel penyebabnya atau variabel pengaruh, sedangkan variabel
terkait merupakan variabel terpengaruh (Notoadmodjo. 2010 : 107)
Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua
penggalan. Kata “HYPO” yang artinya “DI BAWAH” dan “THESA” yang artinya “KEBENARAN” jadi hipotesis yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi
hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis
sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati.
Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk
sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun
kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk
langkah-langkah selanjutnya.
2.2 Jenis-jenis
hipotesis
(Nazir. 2003 : 151
)Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1.
Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha,
hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja
a)
Jika... Maka...
b)
Ada
perbedaan antara... Dan... Dalam...
c)
Ada
pengaruh... Terhadap...
2.
Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini
menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y
Rumusannya:
a)
Tidak ada
perbedaan antara... Dengan... Dalam...
Tidak ada
pengaruh... terhadap...
(Notoadmodjo. 2010 : 108 – 111) Berdasarkan rumusannya, hipotesis dapat di golongkan menjadi tiga, yakni :
1. Hipotesis kerja
Hipotesis kerja adalah
suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa
yang terjadi apabila suatu gejala muncul.hipotesis ini sering juga di sebut hipotesis alternative, karena mempunyai
rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Biasanya menggunakan rumusan
pertanyaan: ”jika...., maka...., ” . Artinya,
jika suatu faktor atau variabel terhadap atau terjadi pada suatu situasi, maka
ada akibat tertentu yang dapat di timbulkannya.
Contoh sederhana :
a Jika sanitasi lingkungan
suatu daerah buruk,maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.
b Jika persalinan di
lakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah
tersebut tinggi.
c Jika pendapatan per kapita suatu Negara rendah, maka status
kesehatan masyarakat di negeri tersebut rendah pula.
d dan setrusnya
Di samping rumusan hipotesis seperti tersebut, beberapa peneliti merumuskan
hipotesis kerja ini sebagai berikut :
a Ada hubungan antara
sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
b Ada hubungan antara persalinan yang di lakukan oleh dukun
terlatih dengan kematian bayi.
c Ada hubungan antara
pendapatan per kapita dengan status kesehatan masyarakat.
d dan seterusnya
Meskipun pada umumnya, rumusan hipotesis seperti tersebut sebelumnya sering
di gunakan, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya rumusan hipotesis kerja.
Karena dalam hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis
harus dapat memberi penjelasan tentang kedududkan masalah yang diteliti,
sebagai bentuk kesimpulan yang akan di uji. Oleh sebsb itu, penggunaan rumusan
lain seperti di atas masih dapat di benarkan secara ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipotesis nol yang
mula-mula di perkenalkan oleh bapak statistika fisher, di rumuska untuk
di tolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nol ini selalu ada implikasi ”tidak
ada perbedaan”, yang rumusanya adalah: ”tidak
ada perbedaan antara…………dengan …………”
Dengan perkataan
lain hipotesis nol di buat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya
sesuatu perbedaan yang bermakna antara dua kelompok atau lebih mengenai suatu
hal yang di permasalahkan.
Contoh sederhana hipotesis nol :
a Tidak adaperbedaan tentang angka kematian akibat penyakit
jantung antara penduduk kota dengan penduduk desa.
b Tidak adaperbedaan antara satatus gizi anak balita yang
tidak mendapat ASI pada waktu bayi, dangan status gizi anak balita yang
mendapat ASI pada waktu bayi.
c Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara
kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk
yang menggunakan air minum sumur.
d dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan
adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapat ASI sama dengan
status gizi balita yang tidak mendapat ASI. Bila hal tersebut di rumuskan
dengan ”selisih” maka kan menunjukkan hasil dengan nol, maka di sebut hipotesis nol. Bila di rumuskan dengan
”persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu,
apabila di uji dangan metode statistika
akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat di simpulkan
sebagai hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifnya yang di terima. Itulah sebabnya
maka setiap rumusan hipotesis nol dipertentang dengan rumusan hipotesis
alternatif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya, Ho : x =
> y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat di bedakan menjadi dua,
yakitu :
Pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis
uatama, yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis- hipotesis yang
lain.
Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak
hipotesis atau “subhipotesis”, yaitu hipotesis yang di jabarkan dari hipotesis
mayor.
Didalam pengujian statistik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan
pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji
hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor :
”sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit menular”.
Dari contoh ini dapat di uraikan adanya dua variabel, yakni variabel
penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (panyakit menular). Kita
ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup
penyakit-penyakit diare, demam bardarah, malari, TBC, campak dan sebagainya.
Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat
menyusun hipotesis minor yang banyak sekali,yang masing-masing memperkuat
dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya :
a Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan
buruknya sanitasi lingkungan.
b Adanya hubungan antara
penyakit campak dengan rendahnya sanitasi linkungan.
c Adanya hubungan antara
penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d Dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis- hipotesis tersebut terbukti
bermkna korelasi antara dua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor
tesebut, maka berarti hipotesis mayornya juga di terima .jadi ada korelasi yang
positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan
Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan
hubungan atau perbedaan dua variabel atau lebih. Misalnya, ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan praktik pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat di
perjelas menjadi : makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin sering (teratur)
memriksakan kehamilanya. Sedangkan hipotesis perbedaan menyatakan adanya
ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya,praktik
pembersihan ASI ibu-ibu di kelurahan X berbeda dengan praktik pemberian ASI
ibu-ibu di kelurahan Y. Hipotesis ini lebih tinggi bila di bandingkan dengan
praktik pemberian ASI ibu-ibu di kelurahan Y.
2.3
Ciri-ciri Hipotesis
(Furchon, 1982 ) Ciri-ciri hipotesis yang
baik:
1)
Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2)
Hipotesis
harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel-variabel-variabel.
3)
Hipotesis harus dapat diuji
4)
Hipotesis
hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5)
Hipotesis
hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
(Notoadmodjo. 2010 : 108)
Ciri-ciri suatu hipotesis
antara lain :
1) Hipotesis hanya di nyatakan dalam bentuk
pernyataan (statement), bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
2) Hipotesis harus tumbuh dari ilmu
pengetahuan yang diteliti. Hal
ini berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu
pengetahuan yang sedang atau akan di teliti.
3) Hipotesis harus dapat di uji, hal ini
berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau terdiri dari
variabel-variabel yang dapat di ukur dan dapat di banding-bandingkan. Hipotesis
yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang
objektif.
4) Hipotesis harus sederhana dan terbatas.
Artinya hipotesis tidak akan menimbulkan perbedaan-perbedaan,pengertian, serta
tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi
criteria tersebut perlu di pertimbangkan berbagai hal yang terpenting adalah di
buat. Apabila suatu tehnik tertentu dalam rumusan hipotesis tersebut sudah di
tetapakan, maka bentuk rumusan hipotesis yang di buat dapat di gunakan dalam
penelitian.
Untuk dapat
memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
- Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
- Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
- Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
- Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
- Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
- Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
- Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah
yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.
Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan
hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
3.2 Saran
Dengan penulisa makalah ini,penulis berharap agar
dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi saya pribadi.Oleh
karena itu,harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, soekidjo. 2005. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Drs. Arief Furchon, Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya: 1982, hal. 126
Moh.Nazir,ph. D. Metode
Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta: 2003, hal 151
Drs. Arief
Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya: 1982, hal. 126
Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, Rineka
Cipta, Jakarta: 1997, hal. 72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar