Senin, 12 Maret 2012

Sungsang


LETAK SUNGSANG
A.      PENGERTIAN
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri.
B.       KLASIFIKASI
1.         Letak bokong (Frauk breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2.         Letak sungsang sempurna (complete breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna)
3.         Letak sungsang tidak sempurna (incomplete breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
a.         Kedua kaki   : Letak kaki sempurna
Satu kaki      : Letak kaki tidak sempurna.
b.        Kedua lutut : Letak lutut sempurna
Satu lutut      : Letak lutut tidak sempurna.
C.      FREKUENSI
Dua setengah sampai tiga persen dimana 75% adalah complete breech presentation dan 25% adalah incomplete breech presentation. Di Rumah Sakit Pirngadi, Medan 4,4% dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%.
D.      ETIOLOGI
Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuhan relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang berlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosepalus, plasenta previa dan panggul sempit, kelainan uterus, plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri.
E.       DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat. Yakni kepala dan kepala teraba di fundus uteri. Selain itu ibu juga merasakan penuh dibagian atas dan gerakannya terasa lebih banyak dibagian bawah. Denyut jantung jann pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi, dari pada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila ada keraguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi, setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberosisiskii, dan anus. Bisa dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.

F.       MEKANISME PERSALINAN
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal pada melintang atau miring, setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul pada menempati diameter anteposterior dan tronkanter depan berada dibawah simfisis. Kemudian terjadi leksi lateral pada badan janin, sehingga trokunter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki, setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring.
Dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simpisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum. Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam prosentasi kepala dan kelahiran janin dalam letak sungsang. Pada prosentase kepala yang lahir lebih dahulu ialah bagian janin yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelahiran kepala juga berangsur-angsur berlangsung dengan lancar.

G.      PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bisa dibandingkan dengan letak kepala. Di Rumah Sakit Karyadi Semarang rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan dan rumah sakit Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka-angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat reaksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.



H.      PENANGANAN
1.         Dalam Kehamilan
a.         Hendaknya diusahakan melakukan versi luar, menjadi presentasi kepala, versi luar ini sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu.
b.        Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah. Selanjutnya kedua tangan bekerja sama untuk melaksanakan putaran janin mendaki presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil presentasi kepala, kepala di dorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan paksaan.
c.         Kontra indikasi
1)        Panggul sempit.
2)        Perdarahan antepartum.
3)        Hipertensi.
4)        Hamil kembar.
5)        Plasenta previa.
2.         Dalam Persalinan
Apabila tidak didapatkan kelainan dan persalinan dapat berlangsung pervaginam, hendaknya dilakukan pengawasan kemajuan persalinan dengan seksama, terutama kemajuan pembukaan serviks dan penurunan bokong. Setelah bokong lahir, tidak boleh melakukan tarikan pada bokong maupun mengadakan dorongan menurut kristeller, karena tindakan tersebut dapat mengakibatkan kedua lengan mengungkit ke atas dan kepala terdorong turun diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
Untuk tidak melahirkan bahu kepala dapat dipilih beberapa tindakan. Pada perasat brrdit bokong dan pangkal pada janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan kemudian dilakukan hipertardosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan, untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual ard atau manual bilfe.
Untuk melahirkan lengan dan bahu dapat dilakukan perasat secara klasik, cara mueller atau cara locuset.
















Gambar Pengeluaran Lengan Secara Klasik

Cara klasik tersebut terutama dilakukan, apabila lengan dean menjangkit ke atas atau berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa menular tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan sebagai lengan depan, kedua kaki dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu. Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju lengan depan sampai fosa cubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan jari yang sejajar dengan humerus.




















Gambar Pengeluaran Lengan Secara Mueller

Lengan dapat juga dikeluarkan dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah symphisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kuang lebih dengan cara yang telah diuraikan. Tadi sesudah itu baru lengan belakang dilahirkan.













Gambar Perasat Loevset
Dasar pemikiran cara loevset ialah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah dari pada bahu depan karena lingkungan jalan lahir, sehingga bahu belakang di putas ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah symphisis, setelah sumbuh bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin di tarik ke bawah sampai ujung bawah sampai ujung bawah skapula dapat terlihat dibawah symphisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak dibawah symphisis, dengan demikian lengan dapat dikeluarkan dengan mudah.
Kepala janin dapat dilahirkan dengan cara mauriceau. Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiti penolong, jari tangan dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tangan berada di sebelah kiri dan kanan leher, janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut dibawah symphisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum, disusul oleh bagian kepala yang lebih. Apabila terjadi kesukaran melahirkan kepala janin dengan cara meuriceau dapat dilakukan cunam piper.

I.         KOMPLIKASI

1.         Komplikasi presentasi bokong pada janin
a.         Prolaps tali pusat.
b.        Trauma pada bayi akibat tangan mengalami extensi, kepala mengalami extensi, pembukaan serviks belum lengkap disporposi chepalopelvic.
c.         Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat pelepasan placenta, kepala macet.
d.        Perlukaan atau trauma pada organ abdomen atau leher.
e.         Patah tulang leher.
2.         Komplikasi pada ibu
a.         Pelepasan placenta.
b.        Perlukaan vagina atau serviks.
c.         Endometriosis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar